Pengembangan dan Efek dari Biodiesel 20 (B20)

Seiring dengan semakin meningkatnya konsumsi BBM jenis minyak solar dan cadangan minyak dunia semakin menipis maka diperlukan alternarif lain untuk menghemat penggunaan bahan bakar minyak. Salah satunya adalah dengan penggunaan bahan bakar minyak terbarukan yaitu bahan bakar nabati. Untuk minyak solar disebut biodiesel. 

Saat ini biodiesel yang dijual dijual di Indonesia berjenis B10, campuran solar 90 persen dan biofuel dari minyak sawit sebesar 10 persen dan dijual dengan merek dagang biosolar. Namun untuk menghemat penggunaan bahan bakar minyak sekaligus menghemat anggaran subsidi, dan yang pasti menjadikan lingkungan lebih bersih maka dilakukanlah pengembangan penambahan persentase minyak nabati dari 10 menjadi 20 persen, yaitu biodiesel B20.

Pengembangan dari biodiesel B20  mengakibatkan beberapa efek. Yang pertama adalah mampu merontokkan kotoran dalam tangki bahan bakar dan fuel line. Hal ini karena biodiesel memiliki senyawa ester hasil dari pengolahan.

Efek yang kedua adalah konsumsi bahan bakar sedikt lebih boros dibandingkan menggunakan solar biasa. Sebabnya adalah nilai energi/kalor yang dimiliki oleh B20 lebih rendah daripada minyak solar biasa.

Efek yang ketiga adalah performa yang sedikit lebih baik. Karena pembakaran B20 lebih baik dari Solar. Namun peningkatannya sangat sedikti sehingga sulit  untuk membedakannya.

Efek keempat adalah bahan bakar tidak mudah menguap sehingga tidak mudah terjadi kandungan air di dalam tangki. hal ini disebabkan biodiesel memiliki flashpoint yaitu 100 yang lebih tinggi dari solar yang memiliki nilai 50.

Yang terakhir yang tidak kalah penting adalah biodiesel mempunyai lingkungan emisi gas buang lebih baik sehingga lebih ramah lingkungan. Selain itu  juga bisa di daur ulang alias biodegradable, karena sumbernya dari alam yang dapat diperbarui.

 

 

Leave a comment